Hujan deras kala itu tak menyurutkan niat saya untuk menengok seseorang di pinggir sungai. Jalan naik turun berliku yang licin saya lalui dengan hati-hati sambil membawa payung. Teramat banyak yang ingin menemui saya, namun saya lebih menyukai Pelajaran Hidup dari Setiap Kejadian. Itulah mengapa meski berjarak puluhan km, saya penasaran dengan seseorang tersebut yang dikabarkan terkena diabets mellitus akut.
Hanya tulang dan kulit yang saya hadapi. Orang tersebut masih sangat muda, dengan perban di kakinya. Saya amati ada tetesan air yang keluar dari luka yang diperban tersebut. Dia menangis pada saya, saya ingat betul. Denyut jantung dan organ-organ tubuhnya pun nampak di balik tubuhnya yang teramat kurus.
" Saya marah sama Allah mas, mengapa semuda ini saya diberi sakit demikian parah. Hidup saya sudah di ujung tanduk. Saya tinggalkan sholat dan semua doa-doa yang serasa tidak terkabul. Percuma mas", tangis amarahnya meledak-ledak.
Saya terdiam miris mendengarnya dan berkata padanya: "Allah tidak pernah salah dalam segala hal. Manusia hanya mampu memohon ridho-Nya hingga dia menemukan hakekat ujian ini. Diri ini kotor dan bagaimana Cahaya-Nya mampu masuk dalam sanubari diri jika diri sendiri bersikap tidak baik pada Yang Menciptakan? Sadarkah mas jika ini semua ujian agar diri tulus dalam berdoa dan sholat? Sholat lah dan terus memohon ridho-Nya. Istighfarlah demi kesucian hati dari Cahaya-Nya."
Kemudian meledaklah tangis pilunya dengan segera bersujud menghadap kiblat sekian detik itu jua.
Sungguh hanya Allah yang mampu membuka hati hamba-Nya.
(fitrullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar