Jangan terlena dengan yang ada. Kelak semua akan terjawab seiring berjalannya waktu, tentang kebenaran, tentang keadilan, dan tentang kearifan dalam hidup.
Mendengar itu ilmu yang sungguh sulit dibanding berbicara, karena mendengar membutuhkan pengendalian nafsu pembenaran diri sendiri.
Ya, benar pesan Beliau yang kuhormati nun jauh di sana tentang Mendengar. Bahwasanya mendengar adalah sebuah riset kehidupan yang harus dilalui.
Adanya perbedaan di semua lini kehidupan manusia, dengan beragam ujian masing-masing, karakter dan sifatnya, juga kehidupan yang dilaluinya masing-masing manusia, maka Mendengar adalah sebuah kata yang sungguh bermakna.
Kebenaran sejati itu memang ada, yang hanya diketahui oleh Dzat-Nya Yang Maha Tinggi.
Jikalau kebenaran sejati ini turun pada hamba-Nya yang diridhoi-Nya, maka kebenaran sejati ini akan mampu merangkul semua lini perbedaan yang ada di masyarakat, dengan cara kearifan, kebijaksanaan, dan kesabaran.
Berbicara kebenaran pun sering kandas di tengah jalan. Karena apa? karena tidak sinkron dengan kemajemukan masyarakat yang ada. Di sinilah pentingnya Mendengar.
Dengan banyak mendengar, maka akal fikir kita sebagai perantara penyampai kebenaran sejati itu akan mampu ditempatkan sesuai porsinya pada masing-masing masyarakat, sesuai kadar kesesuaiannya.
Dengan banyak mendengar, maka kita akan semakin arif dalam penyampaian kebenaran, dapat memasuki lini kisi-kisi sifat dan karakter masyarakat yang beragam.
Karena itulah pentingnya sebuah proses penyampaian, dengan kesabaran, pelan namun pasti, sesuai porsinya. Dengan demikian, maka kebenaran yang disampaikan akan mampu masuk ke segenap lini sendi-sendi kehidupan masyarakat yang beraneka ragam ini.
Meskipun kita mengetahui kebenaran sejati dari satu sisi, namun sangat penting untuk mendengar kebenaran dari sisi yang lain. Kebenaran itu bergantung dari sudut mana kita melihat, menilai, dan merasakan.
Cobalah memahami ini: " Belajarlah banyak mendengar agar kita mampu belajar arif dan dapat memberi hikmah kehidupan yang hakiki. Kurangi banyak bicara, kendalikan banyak bicara, belajarlah untuk banyak mendengar. Jika ini kau lakukan niscaya dirimu akan memahami sebuah makna arif bijaksana dalam penyampaian kebenaran. Saya dan Anda, sama-sama belajar, agar terbentuk kehidupan masyarakat yang harmonis dan saling menghargai perbedaan pendapat. Kebenaran sejati tidak akan berarti secara rahmatan lil alamin, jika penyampaian kebenaran itu bukanlah hasil dari resultan banyak mendengar, karena sesungguhnya penyampaian sebuah kebenaran sejati itu adalah melalui kearifan sejati pula. Kearifan sejati itu haruslah melalui proses banyak mendengar sehingga seseorang tersebut dapat menyampaikan sebuah kebenaran sejati ".
(Fitrullah)
Note: Gambar diambil dari, https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDP_80DYVDMwn_INMaJXQuSkN3eHBUZ0oYJh6o3Ww1NQs213i93AT46JetgWO_8yE2NKH4A7Sp4oBrjrSSpKbVJMeNqP4BMqM7_Lt5irRLsjDaMXRgjRzHsKQFE5UPbOI4VMbQYm7FBLE/s320/perception1.jpg, sebagai ilustrasi semata)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar