f11a4da3e827.html

df36a31bf43d
"Dukungan Allah itu jauh lebih penting dari dukungan manusia manapun. Karena hanya sedikit manusia yang bisa tegak lurus sesuai ridho-Nya sehingga dukungan manusia tersebut bisa baik. Allah sebaik-baiknya pemberi dukungan karena semesta alam pun pasti mendukung". @Fitrullah Official ( Fit4global)

Ketikkan yang ingin Anda Cari!

USDIDR and Other Currency Research (untuk Keseimbangan Sektor Riil dan Non Riil)

KEARIFAN SEJATI adalah MEDIA PENYAMPAIAN KEBENARAN SEJATI dari OLAH BANYAK MENDENGAR

Jangan terlena dengan yang ada. Kelak semua akan terjawab seiring berjalannya waktu, tentang kebenaran, tentang keadilan, dan tentang kearifan dalam hidup.
Mendengar itu ilmu yang sungguh sulit dibanding berbicara, karena mendengar membutuhkan pengendalian nafsu pembenaran diri sendiri.

Ya, benar pesan Beliau yang kuhormati nun jauh di sana tentang Mendengar. Bahwasanya mendengar adalah sebuah riset kehidupan yang harus dilalui.
Adanya perbedaan di semua lini kehidupan manusia, dengan beragam ujian masing-masing, karakter dan sifatnya, juga kehidupan yang dilaluinya masing-masing manusia, maka Mendengar adalah sebuah kata yang sungguh bermakna.

Kebenaran sejati itu memang ada, yang hanya diketahui oleh Dzat-Nya Yang Maha Tinggi.
Jikalau kebenaran sejati ini turun pada hamba-Nya yang diridhoi-Nya, maka kebenaran sejati ini akan mampu merangkul semua lini perbedaan yang ada di masyarakat, dengan cara kearifan, kebijaksanaan, dan kesabaran.

Berbicara kebenaran pun sering kandas di tengah jalan. Karena apa? karena tidak sinkron dengan kemajemukan masyarakat yang ada. Di sinilah pentingnya Mendengar.
Dengan banyak mendengar, maka akal fikir kita sebagai perantara penyampai kebenaran sejati itu akan mampu ditempatkan sesuai porsinya pada masing-masing masyarakat, sesuai kadar kesesuaiannya.
Dengan banyak mendengar, maka kita akan semakin arif dalam penyampaian kebenaran, dapat memasuki lini kisi-kisi sifat dan karakter masyarakat yang beragam.

Karena itulah pentingnya sebuah proses penyampaian, dengan kesabaran, pelan namun pasti, sesuai porsinya. Dengan demikian, maka kebenaran yang disampaikan akan mampu masuk ke segenap lini sendi-sendi kehidupan masyarakat yang beraneka ragam ini.

Meskipun kita mengetahui kebenaran sejati dari satu sisi, namun sangat penting untuk mendengar kebenaran dari sisi yang lain. Kebenaran itu bergantung dari sudut mana kita melihat, menilai, dan merasakan.
Cobalah memahami ini: " Belajarlah banyak mendengar agar kita mampu belajar arif dan dapat memberi hikmah kehidupan yang hakiki. Kurangi banyak bicara, kendalikan banyak bicara, belajarlah untuk banyak mendengar. Jika ini kau lakukan niscaya dirimu akan memahami sebuah makna arif bijaksana dalam penyampaian kebenaran. Saya dan Anda, sama-sama belajar, agar terbentuk kehidupan masyarakat yang harmonis dan saling menghargai perbedaan pendapat. Kebenaran sejati tidak akan berarti secara rahmatan lil alamin, jika penyampaian kebenaran itu bukanlah hasil dari resultan banyak mendengar, karena sesungguhnya penyampaian sebuah kebenaran sejati itu adalah melalui kearifan sejati pula. Kearifan sejati itu haruslah melalui proses banyak mendengar sehingga seseorang tersebut dapat menyampaikan sebuah kebenaran sejati ".

(Fitrullah)

Note: Gambar diambil dari, https://4.bp.blogspot.com/-m8Bt_3Scosw/WEBBbqWFyfI/AAAAAAAACCU/v12H5Hp0TJ8sGcgy9TCkXmWFLuWP1xYSACLcB/s320/perception1.jpg, sebagai ilustrasi semata)

KEARIFAN SEJATI adalah MEDIA PENYAMPAIAN KEBENARAN SEJATI dari OLAH BANYAK MENDENGAR

Jangan terlena dengan yang ada. Kelak semua akan terjawab seiring berjalannya waktu, tentang kebenaran, tentang keadilan, dan tentang kearifan dalam hidup.
Mendengar itu ilmu yang sungguh sulit dibanding berbicara, karena mendengar membutuhkan pengendalian nafsu pembenaran diri sendiri.

Ya, benar pesan Beliau yang kuhormati nun jauh di sana tentang Mendengar. Bahwasanya mendengar adalah sebuah riset kehidupan yang harus dilalui.
Adanya perbedaan di semua lini kehidupan manusia, dengan beragam ujian masing-masing, karakter dan sifatnya, juga kehidupan yang dilaluinya masing-masing manusia, maka Mendengar adalah sebuah kata yang sungguh bermakna.

Kebenaran sejati itu memang ada, yang hanya diketahui oleh Dzat-Nya Yang Maha Tinggi.
Jikalau kebenaran sejati ini turun pada hamba-Nya yang diridhoi-Nya, maka kebenaran sejati ini akan mampu merangkul semua lini perbedaan yang ada di masyarakat, dengan cara kearifan, kebijaksanaan, dan kesabaran.

Berbicara kebenaran pun sering kandas di tengah jalan. Karena apa? karena tidak sinkron dengan kemajemukan masyarakat yang ada. Di sinilah pentingnya Mendengar.
Dengan banyak mendengar, maka akal fikir kita sebagai perantara penyampai kebenaran sejati itu akan mampu ditempatkan sesuai porsinya pada masing-masing masyarakat, sesuai kadar kesesuaiannya.
Dengan banyak mendengar, maka kita akan semakin arif dalam penyampaian kebenaran, dapat memasuki lini kisi-kisi sifat dan karakter masyarakat yang beragam.

Karena itulah pentingnya sebuah proses penyampaian, dengan kesabaran, pelan namun pasti, sesuai porsinya. Dengan demikian, maka kebenaran yang disampaikan akan mampu masuk ke segenap lini sendi-sendi kehidupan masyarakat yang beraneka ragam ini.

Meskipun kita mengetahui kebenaran sejati dari satu sisi, namun sangat penting untuk mendengar kebenaran dari sisi yang lain. Kebenaran itu bergantung dari sudut mana kita melihat, menilai, dan merasakan.
Cobalah memahami ini: " Belajarlah banyak mendengar agar kita mampu belajar arif dan dapat memberi hikmah kehidupan yang hakiki. Kurangi banyak bicara, kendalikan banyak bicara, belajarlah untuk banyak mendengar. Jika ini kau lakukan niscaya dirimu akan memahami sebuah makna arif bijaksana dalam penyampaian kebenaran. Saya dan Anda, sama-sama belajar, agar terbentuk kehidupan masyarakat yang harmonis dan saling menghargai perbedaan pendapat. Kebenaran sejati tidak akan berarti secara rahmatan lil alamin, jika penyampaian kebenaran itu bukanlah hasil dari resultan banyak mendengar, karena sesungguhnya penyampaian sebuah kebenaran sejati itu adalah melalui kearifan sejati pula. Kearifan sejati itu haruslah melalui proses banyak mendengar sehingga seseorang tersebut dapat menyampaikan sebuah kebenaran sejati ".

(Fitrullah)

Note: Gambar diambil dari, https://4.bp.blogspot.com/-m8Bt_3Scosw/WEBBbqWFyfI/AAAAAAAACCU/v12H5Hp0TJ8sGcgy9TCkXmWFLuWP1xYSACLcB/s320/perception1.jpg, sebagai ilustrasi semata)

FASE KERUCUT

Saat itu terjadi, maka terjadilah....
saat itu terurai, maka terurailah....
tanpa kita sadari, kita memasuki fase kerucut.....
fase dimana tangis seolah menjadi kering....
fase dimana tertawa seolah tercekat.....
fase dimana Tuhan terlihat begitu Agungnya.....
fase dimana manusia bagai debu beterbangan....

Begitu panas bumi ini....
begitu dingin hati pepohonan....
begitu kencang gemuruh angin bernyanyi.....
begitu lincah air menari tiada irama....
begitu nanar mata gunung memandang....
begitu berat beban awan menggantung....

Cobalah memahami di keheningan malam,
di sepertiga malam itu.
Di sana kau akan temukan arti seluruh nyanyian alam,
dari ujung samudera hingga ujung pegunungan,
dari ujung tunas hingga ujung ranting,
dari ujung kuku hingga ujung rambut,
Rangkailah itu semua dalam irama.
sehingga mengerti kaidah alam.

Self Reminder

Merasa bisa itu penyakit...
Sedangkan meniru tanpa ilmu, itu petaka...
Sangat halus untuk mengkajinya,...
karena memang ketidaktahuan yang dibungkus nafsu halus duniawi.

Sulit menjadi total demi ridho Tuhan,
Payah lelah tiada arti.
Jika masih ada ketakutan sesuatu dunia,
itu pertanda nafsu duniawi.
Kajilah dengan bijak.

Tanyakan pada diri sendiri,
pada hati sanubari terdalam.
Masih jauh jika paham,
serasa dekat padahal jauh.
Mohon ampunlah pada Ilahi jika menyadarinya.
(fitrullah)